Maka barang siapa yang tidak beriman kepada Muhammad SAW dan al-Qur’an, ia bukanlah seorang mu’min. Dan barang siapa yang beriman kepada keduanya, ia menjadi seorang muslim yang beriman (musliman mu’minan) dan tidak tersisa lagi ke-Yahudi-an, atau ke-Nashrani-an, atau ke-Majusi-an. Lebih jauh lagi, Asy-Syaukaniy mengeksplorasi makna 3. Pemikiran Manusia. Sebagai salah satu sumber Ilmu Kalam, pemikiran manusia berasal dari pemikiran umat Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Di dalam al-Qur’an, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini, biasanya al-Qur’an menggunakan redaksi Reinkarnasi hanyalah sesuatu yang tak mungkin dalam Islam. Allah Ta’ala berfirmanyang artinya, “ Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Khalil Ibnu Ishaq al Maliki didalam “Mukhtashar” nya mengatakan—tentang segala sesuatu yang menjadikannya dihukum dengan kufur dan murtad—atau tetang reinkarnasi roh.. dia menjelaskannya,”Yaitu perpindahannya didalam diri manusia atau lainnya. Dan bahwa sengsara atau bahagianya tergantung pada kebersihan dan keburukannya. Kata kunci : The Living, Al Quran, Hadis, dan Masyarakat A. Pendahuluan Sebagai sebuah metodologi penelitian dalam sebuah pembelajaran Al Qur‘an dan Hadis, penelitian ilmiah ini sebenarnya sudah ada sejak jaman nabi muhammad saw kehadirannya, sebagai usaha yang berhubungan dengan hal-hal atau kejadian-kejadian yang terkait secara langsung dan 3. Pemikiran Manusia. Sebagai salah satu sumber Ilmu Kalam, pemikiran manusia berasal dari pemikiran umat Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Di dalam al-Qur’an, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini, biasanya al-Qur’an menggunakan redaksi Al-qur`an bersifat global, banyak hal yang hukumnya tidak ditetapkan secara pasti .Dalam hal ini, Hadis berperan menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al-qur`an, misalnya Hadis dibawah ini: Rasulullah melarang semua binatang yang bertaring dan semua burung yang bercakar (HR. a7AB. loading...Terdapat perbedaan yang menonjol antara hadis dan Al-Quran dari segi redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Foto/Ilustrasi Dok SINDOnews Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya ulama -seperti definisi Al-Sunnah- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Muhammad SAW , baik ucapan, perbuatan dan taqrir ketetapan, maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya." Muhammad Quraish Shihab dalan bukunya berjudul " Membumikan Al-Quran , Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat" menjelaskan bahwa ulama ushul fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada "ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Baca Juga Pengertian hadis seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban menaatinya dengan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu itu, ulama tafsir mengamati bahwa perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang ditemukan dalam Al-Quran dikemukakan dengan dua redaksi berbeda. Pertama adalah Athi'u Allah wa al-rasul, dan kedua adalah Athi'u Allah wa athi'u al-rasul. Perintah pertama mencakup kewajiban taat kepada beliau dalam hal-hal yang sejalan dengan perintah Allah SWT; karena itu, redaksi tersebut mencukupkan sekali saja penggunaan kata athi'u. Perintah kedua mencakup kewajiban taat kepada beliau walaupun dalam hal-hal yang tidak disebut secara eksplisit oleh Allah SWT dalam Al-Quran, bahkan kewajiban taat kepada Nabi tersebut mungkin harus dilakukan terlebih dahulu -dalam kondisi tertentu- walaupun ketika sedang melaksanakan perintah Allah SWT, sebagaimana diisyaratkan oleh kasus Ubay ibn Ka'ab yang ketika sedang sholat dipanggil oleh Rasul SAW. Itu sebabnya dalam redaksi kedua di atas, kata athi'u diulang dua kali, dan atas dasar ini pula perintah taat kepada Ulu Al-'Amr tidak dibarengi dengan kata athi'u karena ketaatan terhadap mereka tidak berdiri sendiri, tetapi bersyarat dengan sejalannya perintah mereka dengan ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Perhatikan Firman Allah dalam QS 459. Menerima ketetapan Rasul SAW dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa sedikit pun rasa enggan dan pembangkangan, baik pada saat ditetapkannya hukum maupun setelah itu, merupakan syarat keabsahan iman seseorang, demikian Allah bersumpah dalam Al-Quran Surah Al-Nisa' ayat di sisi lain, kata Quraish Shihab, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang menonjol antara hadis dan Al-Quran dari segi redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Baca Juga Quraish Shihab menjelaskan dari segi redaksi, diyakini bahwa wahyu Al-Quran disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat Jibril hanya sekadar menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliau pun langsung menyampaikannya kepada umat, dan demikian seterusnya generasi demi generasi. Redaksi wahyu-wahyu Al-Quran itu, dapat dipastikan tidak mengalami perubahan, karena sejak diterimanya oleh Nabi, ia ditulis dan dihafal oleh sekian banyak sahabat dan kemudian disampaikan secara tawatur oleh sejumlah orang yang -menurut adat- mustahil akan sepakat dasar ini, wahyu-wahyu Al-Quran menjadi qath'iy al-wurud. Ini, berbeda dengan hadis, yang pada umumnya disampaikan oleh orang per orang dan itu pun seringkali dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan redaksi yang diucapkan oleh Nabi SAW. Di samping itu, diakui pula oleh ulama hadis bahwa walaupun pada masa sahabat sudah ada yang menulis teks-teks hadis, namun pada umumnya penyampaian atau penerimaan kebanyakan hadis-hadis yang ada sekarang hanya berdasarkan hafalan para sahabat dan tabi'in. Ini menjadikan kedudukan hadis dari segi otensititasnya adalah zhanniy demikian, itu tidak berarti terdapat keraguan terhadap keabsahan hadis karena sekian banyak faktor - baik pada diri Nabi maupun sahabat beliau, di samping kondisi sosial masyarakat ketika itu, yang topang-menopang sehingga mengantarkan generasi berikut untuk merasa tenang dan yakin akan terpeliharanya hadis-hadis Nabi SAW. Baca Juga Fungsi Hadis terhadap Al-QuranAl-Quran menekankan bahwa Rasul SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah QS 1644. Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya.'Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-Sunnah fi Makanatiha wa fi Tarikhiha menulis bahwa Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan Al-Quran dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara'. BEBERAPA ajaran agama menganggap bahwa seseorang tidaklah mati, melainkan akan hidup kembali pada kehidupan lain yang sering disebut reinkarnasi. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan seseorang saat ini, melainkan jiwa orang tersebut akan mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu. Dalam filsafat Hindu dan Buddha, proses reinkarnasi memberi manusia kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Lalu adakah renkarnasi dalam Islam? Reinkarnasi hanyalah sesuatu yang tak mungkin dalam Islam. Allah Ta’ala berfirmanyang artinya, “Dan ingatlah, ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka seraya berfirman “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Tentu, kami menjadi saksi.” Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami adalah orang yang lalai dari perkara ini.” QS Al A’raf 172. Dan telah datang tafsir dari ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik di “Al Muwattha” bahwasanya Umar bin Khatab ra ditanya tentang ayat ini, maka Beliau menjawab “Aku telah mendengar Rasulullah SAW ditanya tentangnya, maka beliau menjawab, Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan Adam kemudian Allah mengusap punggung Adam dengan tangan kananNya, maka dikeluarkan darinya anak keturunannya.’” Kemudian Allah berkata,”Aku ciptakan mereka sebagai penduduk surga, dan mereka akan beramal dengan amalan penduduk surga.” Kemudian Allah mengusap lagi punggung Adam, maka dikeluarkan darinya anak keturunannya yang lain.” Maka Allah berkata, “Aku ciptakan mereka sebagai penghuni neraka, dan mereka akan beramal dengan amalan penghuni neraka.” HR. Imam Malik, Imam Ahmad dan yang lainnya.. Ibnu Abdil Bar berkata, “Makna dari hadits ini telah shohih dari Rasulullah SAW dari berbagai jalan dari hadits Umar bin Khatab, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah dan yang lainnya. Begitu juga Ahlu Sunnah wal Jama’ah telah sepakat terhadap hal tersebut. Mereka menyatakan “Sesungguhnya perkataan tentang reinkarnasi arwah dari satu jasad kepada jasad yang lainnya adalah perkataannya ahlu at tanasukh golongan yang berpendapat adanya reinkarnasi dan mereka adalah sekafir-kafirnya manusia dan perkataan mereka ini adalah sebatil-batilnya perkataan.” Wallahualam. [] PERTANYAAN Assalamu alaikum wr. wb. Kiyai ,asatid, dan para admin, Sya mohon pencerahan nya, Apakah benar ada reinkarnasi dalam kehidupan manusia ? Mohon jawaban nya serta referensi nya. Mohon maaf atas ksalahan. [Goes Fanky]. JAWABAN Reinkarnasi adalah takhayul yang tidak berdasar. Pendapat ini berasal dari orang-orang tak beragama yang berpikiran bahwa manusia akan “menghilang setelah kematian”. Atau timbul pada orang-orang yang merasa takut untuk memasuki alam akhirat setelah kematian. Bagi kedua kelompok manusia ini, kembali ke dunia lagi setelah kematian merupakan suatu harapan yang menarik. Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an menyebutkan bahwa hanya ada sekali kehidupan di dunia ini. Tempat dimana manusia diuji amal perbuatannya. Disebutkan pula bahwa setelah kematian tidak ada arah kembali ke dunia ini. Manusia hanya mati sekali saja. Ini ditegaskan dalam ayat berikut ini Mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya kecuali sekali saja. Tuhanmu memelihara mereka dari azab api neraka. Surat Ad-Dukhan 56 Jadi Al-Qur'an dengan jelas menolak konsep penjelmaan lagi reinkarnasi dan perpindahan. Ruh manusia, meninggalkan badan pada saat mati dan tidak akan dibiarkan hidup kembali ke dunia ini lewat bentuk lain. Dari kitab suci Qur'an "Ketika kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka, dia berkata Wahai Tuhanku! Kembalikanlah aku hidup! Supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu. Jangan! Sesungguhnya perkataan itu hanya sekedar dapat diucapkan Di hadapan mereka ada barzah, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan." 23 99-100. Jadi, kitab suci Qur'an menyatakan bahwa ruh manusia tidak akan hidup dua kali di dunia ini, dengan demikian ruh itu tidak akan dibiarkan menempati badan hidup yang lain, baik manusia ataupun bukan manusia. Kenyataan-kenyataan yang dapat ditinjau mendukung ajaran ini. Bila ruh manusia menempati badan-badan manusia yang baru, maka tidak akan menambah kepadatan penduduk, sebab ruh seseorang dapat menempati hanya satu badan. Kepadatan penduduk pada abad yang lalu sekitar satu milyard. Sekarang sekitar sudah lebih dari 6 milyard Bagaimana kita dapat bertambah lima milyard bila tidak ada ruh-ruh baru diciptakan. Sesungguhnya bila konsep reinkarnasi adalah benar, jumlah penduduk tidak akan lebih dari dua orang, sebab pada mulanya hanya ada dua ruh manusia yaitu Adam dan Hawa. [Radhin El-Maujudy Goes, Alif Jum'an Azend]. - Tafsir Ibnu Katsir تفسير القرآن أضواء البيان في إيضاح القرآن بالقرآني قوله تعالى وهو الذي أحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم إن الإنسان لكفور ، قوله وهو الذي أحياكم ، أي بعد أن كنتم أمواتا في بطون أمهاتكم قبل نفخالروح فيكم فهما إحياءتان ، وإماتتانكما بينه بقو له كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم ثم إليه ترجعون [ 2 \ 28 ] وقوله تعالى قالوا ربنا أمتنا اثنتين وأحييتنا اثنتين الآية [ 40 \ 11 ] . ونظير آية " الحج " المذكورة هذه قوله تعالى ، في " الجاثية " قل الله يحييكم ثم يميتكم ثم يجمعكم إلى يوم القيامة لا ريب فيه [ 45 \ 26 ] ، وكفر الإنسان المذكور في هذه الآية في قوله إن الإنسان لكفور مع أن الله أحياه مرتين ، وأماته مرتين ، هو الذي دل القرآن على استعباده وإنكاره مع دلالة الإمات تين والإحياءتين على وجوبالإيمان ] ص 298 ] بالمحيي المميت ، وعدم الكفر به في قوله كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم الآية [ 2 \ 28 ] . LINK DISKUSI

reinkarnasi dalam al qur an dan hadits